http://teronggosong.com/catatan/2010/06/kencing/
Pada jaman susah dulu, serombongan kiyai Rembang harus berjalan kaki menyeberangi banjir sebatas paha untuk mencapai tempat pengajian. Tiba-tiba Kiyai Bisri Mustofa berhenti, berdiri mematung sambil merenggangkan kain sarungnya.
Kiyai Wahab –Kiyai Abdul Wahab bin Husain, Sulang, cucu keponakan sekaligus murid Kiyai Bisri– terheran-heran,
“Ada apa, ‘Yi?”
“Kencing”.
“Oooo…” Kiyai Wahab cerah mukanya, “kalau tahu cara begitu, aku tidak ngampet dari tadi!”
Lalu meniru Kiyai Bisri, berdiri mematung sambil merenggangkan kain sarung. Kiyai Bisri berlalu sambil senyum-senyum.
Dalam ceramah pengajian hari itu, Kiyai Bisri menerangkan tanggung jawab seorang kiyai.
“Kiyai itu harus bisa jadi contoh”, katanya, “jangan seperti Kiyai Wahab! Sudah dipanggil kiyai kok kencing ditengah jalan!”
Kiyai Wahab cemberut habis.
______________________
Catatan:
Usai pengajian, Kiyai Wahab protes,
“Wong saya niru njenengan kok malah dipidatokan!”
Kiyai Bisri kalem,
“Wong aku cuma pura-pura kok kamu kencing beneran”.
“Mana saya tahu kalau njenengan pura-pura?”
“Seandainya aku kencing beneran mosok kamu nggak tahu kalau itu jelek?”
“Kan njenengan yang kasih contoh!”
“Walaupun aku yang kasih contoh, kalau jelek mosok kamu nekad tiru?”